HALUAN KALBAR - Ilmuwan di China berhasil menemukan 128 kerangka milik anak-anak yang terkubur di dalam guci. Cara pemakaman seperti ini dipastikan adalah bagian dari praktik pemakaman kuno.
Para arkeolog China pada hari Senin, 29 November 2021 mengumumkan jika tim penggalian menggali makam bersama dengan koin, tembikar, dan ubin di wilayah otonomi Mongolia Dalam, China utara. Mereka percaya temuan ini merupakan orang-orang yang hidup selama dinasti Han (202BC-220AD).
Selama periode Dinasti Han, para ilmuwan China itu mengatakan bahwa tubuh anak-anak tidak akan dikremasi. Orang-orang akan menghubungkan beberapa guci, mungkin dua atau lebih, untuk menciptakan "rumah" pelindung bagi jenazah.
Baca Juga: Innalilahi, Putra Kedua Arifin Ilham Ameer Azzikra Meninggal Dunia
Lam Wen-cheong, asisten profesor di Chinese University of Hong Kong, mengatakan ada juga contoh orang dewasa yang dikubur di dalam guci, tetapi banyak digunakan untuk anak-anak.
"Kami tidak begitu tahu mengapa, tetapi tampaknya, di wilayah ini, orang mulai menggunakan penguburan guci untuk menguburkan anak-anak mereka yang meninggal," katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Asia One.
Sementara mengubur jenazah anak-anak dalam guci terdengar aneh bagi sentimentalitas modern, namun itu tidak terlalu berbeda dengan peti mati.
Adapun untuk mengkremasi jenazah sebelum dimasukkan ke dalam guci, Lam mengatakan orang-orang Dinasti Han di China utara dan tengah tidak mempraktekkan tradisi ini.
"Di China kuno, kremasi muncul cukup terlambat, biasanya setelah periode Han. Di beberapa tempat, kami menemukan pemakaman kremasi yang berasal dari Zaman Perunggu, tetapi di dataran tengah, mereka biasanya muncul cukup terlambat," tuturnya.
Penggunaan guci mungkin umum di antara pemakaman anak-anak karena pemakaman Dinasti Han bisa menjadi beban keuangan pada saat tingkat kematian anak tinggi.
Baca Juga: Pengamat Musik dan Wartawan Senior Bens Leo Meninggal Dunia
Makam-makam itu rumit dan megah, biasanya terbuat dari kamar batu bata dan diisi dengan benda-benda yang orang pikir mungkin mereka butuhkan di akhirat.
Bagi orang kaya pada era itu, pemakaman menjadi pertunjukan status, dengan beberapa karya seni yang menggambarkan pemandangan sejumlah orang dan kereta yang muncul pada prosesi untuk menghormati jenazah.
Tapi, bagi orang biasa pada era itu, ritual akhir hayat kemungkinan besar tidak mungkin tercapai. Karena mereka membutuhkan fondasi, bahkan makam kecil pun membutuhkan sejumlah besar batu bata untuk dibangun.
Baca Juga: Dispora Kabupaten Bogor Komitmen Lanjutkan Bantuan Peralatan Ortrad
Artikel Terkait
Chelsea Hadapi MU Malam Ini, Tuchel: Kalahkan Setan Merah Tantangan Besar
Cegah Varian Omicron, Berikut Daftar WNA yang Dilarang Masuk Indonesia
Jaksa Agung Kecewa Terhadap Jaksa yang Tuntut Wanita karena Marahi Suami
Hal Ini yang Melatarbelakangi Dua Pelaku Mutilasi di Bekasi
Aliran Dana Suap Perizinan Cukai Rokok dan Minol ke Bupati Bintan Didalami KPK
Larangan Terbang Dicabut, Kemenag Bahas Skenario Penyelenggaraan Umrah di Masa Pandemi
Lima Manfaat Daun Ketumbar untuk Kesehatan, Salah Satunya Mencegah Kanker
Terungkap! Para Pelaku Ajak Korban Pesta Narkoba Sebelum Dimutilasi
Pengamat Musik dan Wartawan Senior Bens Leo Meninggal Dunia
Innalilahi, Putra Kedua Arifin Ilham Ameer Azzikra Meninggal Dunia